The Egg short story by Anderson Sherwood

Alfonsus F B
3 min readFeb 21, 2021

--

The Triumph of The Egg/goodreads

The Egg merupakan cerita yang terkenal pada 1920 oleh Anderson Sherwood dengan judul aslinya “ The Triumph of the Egg” yang merupakan bagian dari koleksi karya cerpen asal negeri Paman Sam yang mengekspolarsi kedalaman psikologis, pencerahan pribadi, erotisasi arus bawah serta penyeruan bagi kaum menengah yang tertekan dan tidak dapat menyuarakan pendapatnya.

Menjadikan seorang anak dari kedua orang tua yang papasan menjadi tokoh utama sekaligus narator penuntun cerita, karya Anderson ini mengajak kita untuk menyelami bagaimana kedalaman pemahaman seorang anak yang hidup bersama kedua orangtuanya di sebuah peternakan. Dimana anak ini menyalahkan kehidupannya sendiri yang hidup tidak bahagia di peternakan diiringi dengan pemikirannya akan setiap usaha yang dilakukan oleh ayahnya yang dianggapnya selalu gagal yang membawa pembaca ke dua sisi pemikiran yang berlawanan. Dari sang ayah yang dirasa baginya membosankan dan mengecewakan, yang ternyata bagi sang ayah kehidupannya sudah baik dan sejalan dengan alam.

Dari penuturannya banyak sekali hal-hal yang dirasa sepele menjadi begitu bermakna melalui pandangannya terhadap suatu hal yang dirinya saksikan, baik itu kegagalan ayahnya hingga pemahamannya mengenai kehidupan melalui sebutir telur yang menjadi usaha peternakan terakhir bagi kedua orangtuanya yang ambisius. Dimulai dari permasalahannya mengatasi penyakit pada ayamnya yang menghabiskan harta keluarganya sehingga membuat mereka harus pindah demi menwujudkan impian sang istri yang ingin mengajarkan sesuatu hal baru pada sang anak yang sering kecewa dengan sang ayah yang pada saat itu mengalami kegagalan hingga menemukan kelainan pada ayamnya, yang pada akhirnya dia anggap sebagai suatu barang berharga, yang baru menetas.

Dari peternakan ini kita diajak untuk beranjak dan merasakan perubahan pekerjaan kedua orangtuanya, dari sebuah desa menuju ke suatu stasiun kereta api di Bidwell. Tempat dimana mereka bertiga hidup, berjualan, tidur, hingga saling berjaga untuk menunggu seorang pembeli. Kedua orangtua sang anak, yang menjadi narator, memiliki sifat yang ambisius seperti yang sering kita dengar dengan nama “American Dream”.

Dalam perjalanannya, begitu banyak orang berlalu-lalang di stasiun tanpa ada yang benar-benar memesan makanan disana, hanya sedikit yang mampir. Sang ayah sendiripun mulai berusaha menghibur mereka demi menarik perhatian orang-orang. Melalui ayam dengan kelainan langka yang dirinya bawa hingga trik memasukan telur kedalam botol menggunakan redaman cuka, namun tidaklah berhasil.

Begitu peliknya kehidupan yang digambarkan dalam kisah ini hingga sang anak yang pada awalnya tidak tahu menahu, hanya mendengarkan obrolan kedua orangtuanya disertai isak tangis sang ayah yang menangis di samping istrinya, pada akhirnya dapat menyaksikannya melalui penglihatannya sendiri apa yang dijalani sang ayah dalam mendapatkan pelanggannya.

Dalam cerita ini di tuturkan bagaimana bentuk kerasnya kehidupan yang harus dijalani seorang yang berambisi dan bermimpi besar yang baru datang ke suatu perkotaan. Kegilaan dan frustasi tampak tergambarkan secara detil dan cukup kias melalui 2 halaman terakhir cerita pendek ini yang menjadi penjelas apa alasan dari amarah dan tangisan sang ayah yang menimbulkan kebingungan bagi sang anak.

Bagaikan telur yang tidak akan hidup tanpa memecahkan cangkangnya, terlihat beberapa kali sang ayah mencoba mengesankan sang anak melalui usahannya hingga yang terakhir kita lihat adalah restoran yang baru ia bangun di stasiun kereta. Tokoh sang ayah disini tetap berkeras hati dan percaya akan segala kemampuannya walaupun kini dirinya berada ditempat yang baru dirinya tinggali.

Sebuah simbolisasi layaknya monolith yang ada di 2001 : A Space Oddysey atau jari telunjuk Dr. Strange yang sampai sekarang hanya Tony dan Strange yang tahu maksud pasti dari jari telunjuk itu, disini telur digambarkan seperti sebuah simbolisasi dari sebuah pribadi yang mana kita sebagai pembaca tidak tahu pasti apa alasan yang menjadikan sebutir telur menjadi suatu benda yang hingga akhir penuturan si anak masih tetap dibutuhkan dan dicari dalam keadaan utuh dibandingkan dengan ayam yang kelainan atau restoran yang dirinya anggap menjadi solusi permasalahan keluarga ini.

Tidak diketahui pasti apakah telur itu menandakan bahwa sang ayah tidak bisa menerima kehidupan baru atau Telur itu yang menunjukan bahwa lemahnya suatu bentuk kehidupan itu bisa di temukan baik dari perlindungannya maupun yang mengisinya atau bahkan telur merupakan perlambangan suatu misteri kehidupan yang harus dipecahkan dan sang ayah belum mampu. Semua itu bisa berdasarkan persepsi masing-masing.

Karena sudah lebih dari 70 tahun sang penulis meninggal dunia, jadi penulis rasa kini sudah copyright free untuk membagikan kisahnya :

--

--

Alfonsus F B
Alfonsus F B

Written by Alfonsus F B

Late, Late Again, Late Better

No responses yet